Selamat datang di dunia saiaa

Silahkan lirik,,^0^"
lalu mulailaah berbagie dengan saya..

Tersndiri

Tersndiri

Kamis, 04 Oktober 2012


RAPID POPULATION GROWTH INDONEISA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Pembangunan

                                                   Nama           : Dian Lestari Siregar
                                                   NPM            : 120120110501
                                         

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Dalam kurun waktu empat dasawarsa, jumlah penduduk dunia meningkat lebih dari dua kali lipat, jika kecepatan pertumbuhan tidak berubah maka akan mampu mencapai hingga 6.3 milyar jiwa. pertumbuhan penduduk dunia semenjak tahun 1950, di Negara berkembang lebih cepat. Yang mampu menunjukkan proyeksi tahun 2100 mendatang, dimana jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai sekitar 11 milyar jiwa. Jumlah manusia yang menghuni bumi sekitar 300 tahun lampau tumbuh dengan kecepatan sedikit lebih tinggi dari 0 persen per tahun, atau sekitar 20jiwa tambahan untuk setiap satu juta manusia. Tapi tingkat pertumbuhan itu tidak berjalan lurus, dari waktu ke waktu selalu terjadi peningkatan dan penurunan laju pertumbuhan penduduk sebagai akibat dari adanya berbagai macam bencana alam dan variasi tingkat pertumbuhan antara satu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Belakangan, laju pertumbuhan dunia sedikit mereda, namun tetap berada pada tingkat yang relative tinggi, penyebab utama penurunan kependudukan secara mendadak teratasinya hampir semua masalah yang menimbulkan gejolak yang beresiko hilangnya nyawa serta lonjakan kekurangan gizi, dan perang berskala besar. Sejak abad dua puluh masalah teratasi dengan kemajuan teknologi dan perkembangan ekonomi.  Konsekuensinya, tingkat kematian menurun dengan cepat. Maka jelas, bahwa penurunan angka mortalitas atau tingkat kematian manusia disebabkan oleh kemajuan teknologi dalam bidang kedokteran dan farmasi atau obat-obatan. Hingga lima puluh tahun terakhir, merupakan penyebab pokok melonjaknya laju pertambahan penduduk sedunia secara mendadak khususnya dinegara dunia ketiga.
Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat saat ini disebabkan oleh transisi cepat yang melanda kecenderungan penduduk dunia. Yakni dari semula dicirikan oleh angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi, kecenderungan baru yang ditandai oleh tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran yang tidak cukup rendah. Angka kelahiran dinegara maju memang tidak terbilang rendah, tapi di negara berkembang sangat tinggi.
Dewasa ini, penduduk dunia terdiri dari manusia berusia muda, khususnya didunia ke-tiga. Yang berarti angkatan kerja di negara berkembang harus menanggung beban hidup anak-anak mereka dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan angkatan kerja dinegara kaya. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin cepat laju pertambahan penduduk, akan semakin besar pula proporsi penduduk berusia muda yang belum produktif dalam total populasi, dan semakin berat pula beban tanggungan penduduki yang produktif.
Pertumbuhan populasi di Indonesia tercatat menjadi salah satu penyumbang penduduk terbesar di dunia. Indonesia selain kaya dengan budaya juga kaya dengan pertumbuhan penduduk yang padat. Hal tersebut mendorong keterlambatan pertumbuhan dan pembangunan di sisi ekonomi Negara. Kelebihan jumlah penduduk tersebut memacu berbagai konflik inheren yang menekan pembangunan, politik, social dan ekonomi. Berbagai pengendalian pertumbuhan penduduk telah diterapkan di Indonesia, namun kelahiran tetap tidak mampu menyeimbangi tingkat kematian penduduk Indonesia.

Identifikasi Masalah

Percepatan pertumbuhan penduduk Indonesia menimbulkan permasalahan pada bidang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia, hal ini memacu pada pertanyaan
-          Seperti apa pengaruh percepatan pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :
-          Untuk mengetahui seperti apa pengaruh percepatan pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Teoritis

Teori Populasi Malthus

Thomas Malthus merumuskan sebuah konsep tentang pertambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing return). Malthus melukiskan kecenderungan universal bahwasanya jumlah populasi disuatu Negara akan meningkat sangat cepat pada deret ukur atau tingkatan geometric (pelipat gandaan : 1, 2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya) tiap 30 atau 40 tahun kecuali jika hal itu diredam oleh bencana kelaparan. Diwaktu yang bersamaan, karena ada proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu factor produksi yang jumlahnya tetap maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau tingkat aritmetrik (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya). Dan karena lahan yang dimiliki masyarakat makin sempit, kontribusi marjinal terhadap total produksi pangan akan semakin menurun. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat terpacu dan mengimbangi kecepatan pertambahan penduduk, maka pendpaatan perkapita cenderung akan mengalami penurunan. Hingga populasi harus bertahan pada kondisi sedikit di atas tingkat subsisten, itu pun hanya sampai jumlah tertentu. Lebih dari itu maka ada sebagian penduduk yang tidak mendapat bahan pangan sama sekali. Malthus menyatakan satu-satunya cara mengatasi rendahnya taraf hidup kemiskinan absolute itu adalah “penanaman kesadaran modal” dikalangan penduduk dan kesediaan untuk membatasi jumlah kelahiran.
Malthus mencoba menjelaskan hubungan antara tingkat pertumbuhan pendapatan agregat (pada saat laju pertumbuhan penduduk sama dengan nol) dan tingkat pendapatan perkapita. Selanjutnya dapat dibandingkan keduanya (tingkat pendapatan agregat dan jumlah penduduk). Jika pendapatan agregat suatu Negara meningkat lebih cepat, maka secara definitive pendapatan perkapita juga meningkat. Jika pertumbuhan penduduk melampaui peningkatan total pendapatan, maka dengan sendirinya tingkat pendpaatan perkapita akan menurun.
Aliran neo-malthus berpendapat, bangsa yang miskin tidak akan pernah berhasil mencapai taraf hidup yang lebih tinggi dari tingkat subsisten, kecuali mereka mengadakan pemeriksaan pengendalian preventif terhadap pertumbuhan populasi mereka, atau dengan menerapkan pengendalian kelahiran. Jika tidak dilaksanakan secepatnya, maka pemeriksaan positif ala Malthus lah, yakni musibah kelaparan, wabah penyakit, perang, bencana alam yang akan tampil sebagai factor utama penghambat pertumbuhan penduduk.

Teori Mikroekonomi Fertilitas Rumah Tangga
Teori perilaku konsumen konfensional mengasumsikan bahwa seorang individu, berdasarkan selera tertentu atas serangkaian barang. Akan selalu memaksimumkan kepuasannya dari konsumsi,barang-barang, atau jasa yang ditawarkan. Tentunya sesuai dengan keterbatasan pendapatannya sendiri maupan harga relative dari tiap barang dan jasa tersebut. Jika teori ini di aplikasikan ke analisis fertilitas, anak dianggap sebagai suatu jenis barang konsumsi (di Negara berkembang anak dianggap sebagai barang investasi, sebagai tambahan tenaga untuk menggarap lahan, atau sandaran hidup hidup dimasa tua). Maka penentuan tingkat fertilitas keluarga “tingkat permintaan akan anak-anak” merupakan bentuk pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen (keluarga). Efek pendapatan dari pilihan juga diasumsikan berlaku. Artinya, jika factor lain dianggap konstan, maka jumlah anak yang diinginkan akan dipengaruhi oleh pendapatan keluarga yang bersangkutan. Sebaliknya, jumlah anak yang diinginkan akan berhubungan secara negative dengan harga relative  anak serta kuatnya keinginan untuk memiliki barang-barang lain. Secara atematis :
            Cd = f(Y, Pc, Px, TX),               X = 1, 2,…, n.

Pertumbuhan populasi
Untuk menunjukkan pertumbuhan ekonomi, model Solow harus diperluas agar mencakup dua sumber pertumbuhan lain yaitu pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi. Kita akan melihat bagaimana pertumbuhan dalam populasi menyebabkan modal perpekerja turun. Kita gunakan huruf kecil untuk jumlah perpekerja, jadi  k = K/L adalah modal perpekerja, dan  y =  Y/L adalah output perpekerja. Karena jumlah pekerja terus tumbuh sepanjang waktu maka perubahan persediaan modal perpekerja adalah: ∆k  =   i  –   (δ + n)k
Persamaan itu menunjukkan bagaimana investasi, penyusutan, dan pertumbuhan populasi yang baru mempengaruhi persediaan modal perpekerja. Investasi baru meningkatkan k, sedangkan penyusutan dan pertumbuhan populasi mengurangi k. Simbol (δ + n)k menunjukkan investasi pulang-pokok (break-even investment), yaitu jumlah investasi yang dibutuhkan untuk menjaga persediaan modal perpekerja tetap konstan. Investasi pulang-pokok mencakup penyusutan modal yang ada, yang sama dengan δk. Termasuk juga mencakup jumlah investasi  yang dibutuhkan untuk menyediakan modal bagi para pekerja baru. Jumlah investasi yang dibutuhkan untuk tujuan  ini adalah nk, karena ada pekerja baru n untuk tiap pekerja yang sudah ada, dan karena k adalah jumlah modal untuk setiap pekerja.
Persamaan tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi mengurangi akumulasi modal perpekerja lebih banyak dibandingkan yang dilakukan penyusutan. Penyusutan mengurangi  k dengan menghabiskan persediaan modal, sedangkan pertumbuhan populasi mengurangi  k dengan 23 menyebarkan persediaan modal dalam jumlah yang lebih kecil di antara populasi pekerja yang lebih besar.Hubungan antara  pertumbuhan populasi  dengan  persediaan modal perpekerja dapat dilihat pada gambar 2.2. Digambarkan, jika  n adalah tingkat pertumbuhan populasi dan  δ adalah tingkat penyusutan, maka (δ +  n)k adalah investasi pulang pokok yaitu jumlah investasi yang dibutuhkan untuk mempertahankan persediaan modal perpekerja  k tetap konstan. Agar perekonomian berada kondisi mapan, investsi  sf(k) harus menghilangkan pengaruh penyusutan dan pertumbuhan populasi (δ +  n)k.
Pertumbuhan penduduk terutama yang berkaitan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor positif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun kebenaran hal tersebut akan sangat tergantung pada kemampuan sistem ekonomi tersebut dalam menyerap dan mempekerjakan tambahan angkatan kerja secara produktif. Kemampuan tersebut juga tergantung pada tingkat dan jenis akumulasi modal serta tersedianya faktorfaktor lain yang mendukung, misalnya keahlian manajerial dan administratif.Payaman (1998) menyatakan, tenaga kerja diartikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain.  Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) membedakan tenaga kerja menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.  Angkatan kerja adalah bagian dari tanaga kerja yang sesungguhnya terlibat dalam proses produksi. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun tidak mencari pekerjaan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah angkatan kerja seperti yang didefinisikan oleh BPS tersebut.Setiati (1996) menggunakan istilah “penduduk optimal” untuk menentukan daerah yang masih mampu dan yang sudah tidak mampu mengakomodasi pertumbuhan penduduk. Jumlah “penduduk optimal” tersebut ditentukan oleh potensi ekonomi yang tersedia, dan besarnya bervariasi meskipun luas daerah hampir sama. 25 Suatu daerah dengan potensi ekonomi yang tinggi akan mampu mengakomodasi jumlah penduduk yang lebih besar dan penambahan penduduk akan meningkatkan pertumbuhan PRDB  per kapita. Bank Dunia tahun 1984 memberikan suatu batasan yang lebih spesifik di mana tingkat pertumbuhan penduduk yang masih bisa diakomodasikan, dalam arti standar hidup masih bisa meningkat, adalah 2% (Setiati, 1996).


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Objek Penelitian

Analisis penelitian dilakukan pada pertumbuhan perekonomian Indonesia dengan rentang waktu 2000-2011. Data yang digunakan adalah data makroekonomi Indonesia dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan sumber lain yang dapat memebantu.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah alat analisis statistic berdasarkan data time series, dengan menggunakan software Eviews 6 baik dalam pengolahan datanya.

Model Penelitian

Dengan menganalisis melalaui alat statistic, penelitian ini dapat di bentuk dan dianalisis pada model berikut :
                                                , dimana :
W = GDP
=Intercept
=Koefisien regresi variable independent
X1 =  Pertumbuhan penduduk
X2 = Pendapatan perkapita
ε = error terms

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Tabel berikut menampilkan data-data makroekonomi Indonesia yang diperlukan untuk kebutuhan analisis.

Dependent Variable: GDP


Method: Least Squares


Date: 10/04/12   Time: 22:39


Sample (adjusted): 2000 2010


Included observations: 11 after adjustments











Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
-2395250.
1351361.
-1.772472
0.1143
PERTUMBUHAN_PENDUDUK
0.018174
0.011383
1.596542
0.1490
PENDAPATAN_PERKAPITA
0.919967
0.175001
5.256933
0.0008










R-squared
0.987885
    Mean dependent var
8056484.
Adjusted R-squared
0.984856
    S.D. dependent var
1007819.
S.E. of regression
124022.1
    Akaike info criterion
26.52131
Sum squared resid
1.23E+11
    Schwarz criterion
26.62983
Log likelihood
-142.8672
    Hannan-Quinn criter.
26.45290
F-statistic
326.1691
    Durbin-Watson stat
1.476118
Prob(F-statistic)
0.000000














Estimation Command:
=========================
LS GDP C PERTUMBUHAN_PENDUDUK PENDAPATAN_PERKAPITA

Estimation Equation:
=========================
GDP = C(1) + C(2)*PERTUMBUHAN_PENDUDUK + C(3)*PENDAPATAN_PERKAPITA

Substituted Coefficients:
=========================
GDP = -2395249.78388 + 0.0181741875458*PERTUMBUHAN_PENDUDUK + 0.91996712626*PENDAPATAN_PERKAPITA
Dari hasil regres di peroleh hasil yang mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia, dimana di peroleh nilai Prob > F sebesar 0,000. Nilai adj R2 sebesar 0,98 menunjukkan keragaman GDP dapat dijelaskan oleh pertumbuhan penduduk dan pendpaatan perkapita sebesar 98 persen. Untuk interpretasi perkiraan pada model adalah peningkatan satu persen peningkatan pertumbuhan penduduk akan meningkatkan GDP sebesar 0,18 persen. Peningkatan satu persen jumlah pendapatan perkapita, akan mengakibatkan peningkatan sebesar 0,91 persen dalam GDP. Untuk besaran konstanta diabaikan, karena tandanya negative. Karena untuk kondisi Indonesia, GDP akan meningkat atau bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga konstanta yang bernilai negative bias diabaikan.

Pembahasan

Dapat diidentifikas, bahwa pertumbuhan penduduk itu tidak selamanya membewa pengaruh buruk bagi pertumbuhan ekonomi, karena pertambahan penduduk bukanlah inti dari persoalan atau masalah suatu Negara yang sebenarnya, namun factor-faktor lain, pertumbuhan penduduk hanyalah rekaan yang diciptakan oleh badan atau lembaga Negara kaya dengan tujuan menjadikan Negara berkembang tetap terbelakang dan tergantung pada Negara maju. Karena bagi Negara berkembang, pertumbuhan penduduk dibutuhkan untuk beberapa sisi kebutuhan perkembangan Negara. Permasalahan pokok yang dihadapi Negara berkembang adlah seperti keterbelakangan, penyusutan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan, penyebaran penduduk, rendahnya posisi dan status kaum wanita.

Pertumbuhan penduduk Indonesia

Dipandang secara lebih dalam, pertumbuhan penduduk tidak selamanya membawa dampak negative, namun mampu menjadi factor pemacu pembangunan ekonomi. Populasi besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang mampu menggerakkan kegiatan ekonomi hingga menciptakan skala ekonomi produksi yang dapat menguntungkan. Penurunan biaya produksi, menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah yang memadai hingga akan merangsang tingkat output atau produksi agregat yang lebih tinggi.
Namun, jika pertumbuhan penduduk tidak terkontrol pada arah yang baik sesuai tujuan pertumbuhan Negara, mampu memberi dampak negative, seperti permasalahan di Indonesia saat ini :
1.      Kemiskinan dan ketimpangan pendapatan
2.      Pendidikan
3.      Kesehatan
4.      Ketersediaan bahan pangan
5.      Lingkungan hidup
6.      Migrasi internasional
7.      Pertumbuhan ekonomi
Maka, untuk menghindari menjamurnya efek negative dari percepatan pertumbuhan penduduk tersebut, pemerintah membutuhkan penetapan kebijakan-kebijakan baik dalam jangka pendek atau jangka panjang yang mampu menekan atau mengontrol percepatan pertumbuhan penduduk tersebut sesuai dengan kebutuhan, yakni :
1.      Pemerintah dapat mempengaruhi masyarakat agar memilih pola keluarga kecil melalui penyuluhan lewat media massa dan proses pendidikan, baik itu bersifat formal maupun informal.
2.      Membuat kebijakan program-program keluarga berencana dengan menyediakan dukungan pelayanan kesehatan dan alat kontrasepsi untuk mendorong pola prilaku masyarakat yang diinginkan.
3.      Pemerintah dapat memanipulasi insentif maupun disentif ekonomi guna mengurangi jumlah anak perkeluarga. Seprti pengurangan waktu cuti hamil dan jumlah tunjangan.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sesuai dengan pendapat Malthus. Namun permasalahan yang dihadapi Indonesia seutuhnya bukan pada percepatan pertumbuhan penduduk, namun ada factor lain yang menjadi pusat permasalahn Indonesia yang dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk hanyalah isu yang disengaja oleh Negara maju untuk mempengaruhi Negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk memang positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun tidak secara penuh menjadi sumber permasalahan inti dari perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut.

Saran

Percepatan penduduk Indonesia memang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun tidak keseluruhan menajdi sumber penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dapat mengontrol percepatan pertumbuhan penduduk melalui berbagai kebijakan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, yang kaan menekan laju pertumbuhan penduduk kearah yang lebih dibutuhkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih fleksible dan stagnan, jadi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mengalami pasang surut, yang terkadang naik-kadang turun.


DAFTAR PUSTAKA
1.      P. Todaro Michhael. 1999. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga edisi ke enam. Erlangga.
2.       Sapto, Tjahjanto. 2006 Pengaruh Pertumbuhan Investasi Publik, Pertumbuhan Investasi Swasta, Dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang.
3.      Soedoenoesukirno. 1999. Ekonomi Pembangunan. Erlangga
4.      Romer, David. 1996. Advanced Macroeconomics.The McGraw-Hill Companies, Inc.New York
5.      http : // www.bps.go.id
6.      http : // Google.com

Selasa, 02 Oktober 2012

JEPANG PADA ZAMAN KLASIK DAN ZAMAN FEODAL

Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Jepang terdiri dari 6.852 pulau. Jepang bertetangga dengan Negara Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Model pulau di Jepang adalah bergunung-gunung, sebagian besar diantaranya adalah gunung merapi. Jepang memiliki penduduk 128juta jiwa, dimana Jepang menduduki peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Ibu kota Jepang adalah Tokyo. Menurut mitologi tradisional, pada abad ke-7 SM jepang didirikan oleh kaisar Jimmu. Kaisar Jimmu memulai mata rantai monarki jepang yang tidak terputus hingga saat ini. Dan tercatat, sepanjang sejarahnya kebanyakan masa kekuatan sebenarnya berada ditangan anggota-anggota istana, shogun, pihak militer, dan memasuki zaman modern, ditangan perdana mentri. Jepang tumbuh menjadi Negara maju khususnya di bidang ekonomi, dengan PDB terbesar nomor dua setelah AS, dan masuk dalam urutan tiga besar dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Jepang sebagai Negara maju, penduduknya memiliki standar hidup yang tinggi peringkat ke-8 dalam indeks pembangunan manusia dan angka harapan hidup tertinggi di dunia menurut PBB. Jepang maju sebagai penggiat bidang tekhnologi, yang maju pada bidang telekomunikasi, permesinan, dan robotika. Jepang disebut Nippon atau Nihon dalam bahasa Jepang. Yang artinya “Negara/negeri matahari terbit” yang merujuk pada letak Jepang yang berada di sebelah timur daratan Cina. Untuk melihat perkembangan Jepang, dapat dilihat dari table yang menunjukkan periode sejarah Jepang hingga menjadi Negara yang mengecap zaman modern. Tahun Periode Periode Subperiode Pemerintahan 30.000 SM-10.000 SM Paleolitik jepang Tidak diketahui 10.000SM – 3000 SM Jepang Kuno Jomon Klan-klan local 900SM – 250 SM (tumpang tindih) Yayoi Klan-klan local 250M -538M Yamato Kofun Klan yamato 538 – 710 M Jepang Klasik Yamato Asuka Istana kekaisaran di nara 710 – 794 Nara Istana kekaisaran di heina 794 – 1185 Heian Keshogunan kamakura 1185 – 1333 Zaman Feodal Kamukura Kaisaran jepang 1333 – 1336 Restorasi kemmu Keshogunan ashikaga, oda nobunaga, toyotomi hideyoshi 1336 – 1392 Muromachi Nanboku-cho Keshogunan tokugawa 1392 – 1573 Zaman sengoku Monarki terbatas (kaisar meiji) 1573 – 1603 Azuchi momoyama Monarki terbatas (kaisar taisho) 1600 – 1867 Awal zaman modern Edo Monarki terbatas (kaisar showa) 1868 – 1912 Jepang zaman Moderen Meiji Komandan tertinggi sekutu 1912 – 1926 Taisho Demokrasi taisho Demokrasi parlementer, kaisar jepang sbg symbol Negara 1926 -1945 Showa Ekspansionisme 1945 – 1952 Jepang zaman penduduk sekutu 1952 – 1989 Pascapenduduk sekutu 1989 - Sekarang Heisi Pada pembahasan ini, akan membahas Jepang dizaman klasik dan zaman pertengahan atau feudal. JEPANG ZAMAN KLASIK Zaman Kofun Zaman kofun dimulai pada pertengahan abad ke-3 dan ke-7 skitar 250M. Zaman kofun dan asuka pernah disatukan menjadi zaman Yamato, tapi dalam sejarah modern kedua zaman di anggap sebagai dua zaman yang terpisah. Kofun adalah makam kaisar atau bangsawan dengan tanah yang dibuat membukit yang menempati lokasi yang berbentuk perpaduan lingkaran dan persegi empat seperti lubang kunci. Cirri khas zaman kofun adalah pembangunan kofun secara terus menerus selama 300 tahun di Jepang. Zaman ini, sudah mengenal sistem hidup menetap, yang ditandai dengan hasil pertanian dan saluran irigasi. teknik irigasi untuk pengairan sawah berkembang dengan sangat pesat di zaman ini. Ini menunjukkan masyarakat sudah mengenal interaksi dengan masyarakat luar. Perkembangan masyarakat semakin luas hingga membentuk kelompok-kelompok yang memiliki pemimpin. Yang paling dikenal dimasa itu adalah pangeran Shotoku Taishi, yang menyatukan bangsa Yamato. Sejak abad itu Jepang mulai mengenal system kepemimpinan Kaisar. Zaman Asuka Dalam pembagian sejarah Jepang, zaman asuka tumpang tindih dengan akhir zaman kofun, zaman ini dimulai pada abad ke-6 - ke-8 pada masa istana kaisar dan ibu kota berada di Asuka. Zaman kofun dan asuka pernah disatukan menjadi zaman Yamato. Zaman ini mencapai puncaknya pada zaman kaisar Suiko, dan kebudayaan Hakuko pada zaman kaisar Tenmu dan kaisar Wabita Jito. Di zaman ini nama Negara diganti dari Yamato menjadi Nihon atau Nippon. Zaman Nara Zaman ini dimulai ketika kaisar wanita Genmei memindahkan ibu kota kekaisaran ke Heijo-kyo (Nara) tahun 710. Ini berlangsung selama 84 tahun hingga kaisar Kanmu memindahkan ibu kota ke Heian-kyo tahun 794. Fujiwara Nofuhito dianggap berperan besar dalam pemindahan ibu kota ke Nara. Nara dibangun mengikuti kota Tiongkok di Chang’an. Nara dirancang sebagai kota pemerintahan, sebagian besar penduduknya adalah pegawai pemerintah. Di zaman ini, system hokum Asuka kiyomihara dan Taiho ritsuryo yang berlaku dizaman sebelumnya di kaji ulang dan isinya direvisi agar sesuai dengan kondisi dalam negeri Jepang. Dizaman ini, Jepang sudah memiliki tujuan menjadi sebuah Negara hokum, dengan system pemerintahan pusat dan kekuasaan ditangan kaisar Dimasa ini, pangeran Shotoku Taishi menjalin kerja sama diplomatic dengan Cina, pelajar dan para pendeta diutus belajar di Cina. Untuk membangun Negara Jepang sebagai Negara Terpusat, ia membentuk suatu konstitusi yang disebut Taiho Ritsuryo yaitu suatu system yang ditujukan bagi tiap orang agar dapat dipromosikan berdasarkan kemampuan dan usahanya tanpa memandang wewenang atau jabatan. Zaman Heian Zaman ini berangsur selama 390 tahun, tahun 794 saat kaisar Kanmu memindahkan ibu kota ke Heian-kyo, hingga dibentuk pemerintah Keshogunan Kamakura tahun 1185. Dizaman ini ketenangan berlangsung cukup lama. Dimasa ini lebih mempererat hubungan dengan Cina, dengan membangun berbagai kuil sebagai sarana ibadah, mengasimilasi budaya baca tulis seperti huruf kanji, muncul juga kelas-kelas pejuang, dan klan-klan penguasa tanah. ZAMAN PERTENGAHAN ATAU ZAMAN FEODAL Zaman Kamakura Zaman feodal dibagi menjadi dua bagian, pertama abad pertengahan (zaman kamakura hingga zaman muromachi), kedua abad moderen (zaman Azuchi-Momoyama hingga zaman Edo). Zaman ini berlangsung dari abad ke-12 - ke-19, ditandai oleh pemerintahan daerah oleh keluarga-keluarga Daimyo dibawah kendali pemerintahan militer Keshogunan. Kaisar berperan sebagai kepala Negara de jure sedangkan kekuasaan berada ditangan Shogun. Masa ini bermunculan tuan tanah (daimyo), maka kelas pejuang (samurai) makin dibutuhkan untuk dibayar menjaga tanah kekuasaan. Samurai mengacu pada “seseorang yang mengabdi pada bangsawan” yang mengacu pada orang yang di persenjatai/kaum militer. Di zaman ini terjadi peperangan dalam negeri yang dikenal dengan Dan no Ura. Kebijakan paling kontrofersi di masa ini adalah politik isolasi dari Negara luar. Masa itu militer dipimpin seorang Shogun yang terkenal dengan system pemerintahan Bakufu. RESTORASI KEMMU Periode ini berlangsung antara tahun 1333 - 1336, setelah runtuhnya ke-Shogunan Kamakura, kaisar Go-Daigo bertahta kembali tahun 1333. Ia mendirikan pemerintah baru dengan kekuasaan yang berpusat di tangan kaisar. Istilah “Restorasi Kemmu” digunakan di Jepang hingga sebelum perang Dunia II. Sejarawan menyebut ini sebagai periode Pemerintah Kemmu. Ketidak puasan akan system pemerintahan otoraksi kaisar Go-Digo melanda kalangan Samurai. Pemerintah kaisar Go-Daigo ditumbangkan Ashikaga Takauji tahun 1336 yang sekaligus menandai ber-akhirnya periode Restorasi Kemmu. Zaman Muromachi Zaman Muromochi atau Ke-shogunan Ashikaga tahun 1338-1573 adalah pembagian periode sejarah Jepang ketika keshogunan Asikaga atau dikenal dengan Keshogunan Muromachi berkuasa di Jepang. Pemerintahannya berpusat di Muromochi, Kyoto. Ashikaga Takauji (1336) mendirikan keShogunan Muromochi (istana Utara) sebagai tandingan kaisar Go-Diago di (istana Selatan). Kekaisaran ini terpecah berlangsung sampai istana Selatan ditaklukkan istana Utara tahun 1392. Kaum Bushi yang berada diatas kedudukan kaisar setelah Istana Utara berhasil melumpuhkan Istana Selatan. Namun kondisi keuangan dan militer Keshogunan Ashikaga melemah karena perang yang berkepanjangan. Masa ini disebut “peristiwa Meinoseihen” yang merupakan awal zaman sengoku yang penuh intrik, perebutan kekuasaan, kerusuhan, dan dihapuskannya system tanah milik bangsawan. 3. Zaman Sengoku Zaman sengoku atau zaman Negara-negara berperang, zaman ini dimulai tahun 1493 dimana peristiwa Meionoseihen (perang antar klan Ashikaga menentukan pewaris jabatan Shogun) sampai Shogun ke-15 Ashikaga Yoshiakaga ditaklukkan oleh Oda Nobunaga yang menandai akhir zaman Muromachi dan mengawali zaman Azuchi Momoyama. 4. Zaman Azuchi-Momoyama Zaman ini mulai tahun 1573-1603 dimulai sejak Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi menjadi penguasa Jepang dan berakhir ketika Tokugawa Ieyasu berhasil mengalahkan pasukan Toyotomi Hideyori dalam pertempuran Sekigara tahun 1600. Zaman ini disebut zaman Shokuho yang diambil dari nama keluarga Oda Nobunaga dan nama keluarga Toyotomi Hideyoshi. Oda nobunaga tinggal di istana Azuchi sedangkan Toyotomi Hideyoshi tinggal di istana Fushimi (Kyoto) yang dikenal dengan istana Momoyama hingga zaman ini disebut zaman Azuchi-Momoyama. Pusat pemerintahan berada di istana Osaka hingga ada pendapat mengatakan zaman kekuasaan Hideyoshi disebut sebagai zaman Osaka. Pendapat lain mengatakan, zaman ini tidak pernah ada dalam sejarah Jepang, zaman Muromochi diikuti zaman Sengoku dan dilanjutkan dengan Zaman Edo. PERDAGANGAN NANBAN Perdagangan dengan Nanban atau perdagangan dengan orang Barbar, periode ini mencakup masa sejak kedatangan orang Eropa pertama ke Jepang tahun 1543, sampai dengan pembatasan kehadiran mereka nyaris secara total di kepulauan ini pada tahun 1641 dengan dikeluarkannya Dektrit pengasingan Sakoku. Zaman Edo Zaman Edo (1603-1867) mulai saat shogun pertama Tokugawa Ieyasu mendirikan Keshogunan Tokugawa di Edo yang berakhir dengan pemulihan kekuasaan Kaisar dari tangan Shogun terakhir Tokugawa Yoshinobu sekaligus mengakhiri kekuasaan Keshogunan Tokugawa yang berlangsung selama 264 tahun. Zaman Edo desebut juga dengan zaman Modern di Jepang. Periode Bakumatsu adalah tahun terakhir zaman Edo menjelang runtuhnya Keshogunan Tokugawa. Periode ini dimulai dari peristiwa kedatangan Kapal Hitam angkatan laut AS (1853) hingga perang Boshin (1869), di periode ini terjadi peristiwa bersejarah berakhirnya kebijakan isolasi yang disebut sakoku dan masa transisi dari pemerintahan Feodal keshogunan Tokugawa ke pemerintah Meiji. Dimasa ini juga muncul para pemersatu Jepang dari kehancuran perang saudara. Mereka adalah Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyasu. Ketiga orang inilah yang mampu mengubah bangsa Jepang lepas dari kekuasaan Feodalisme dan mulai memasuki babak baru dengan lahirnya restorasi Meiji pada tahun 1868. RANGKUMAN Bentuk pemerintahan Jepang dari zaman klasik hingga zaman pertengahan atau Feodal adalah “Monarki Konstitutional” yakni bentuk pemerintahan dalam suatu Negara yang dikepalai oleh seorang raja yang kekuasaannya dibatasi oleh Undang-undang dasar (konstitusi). Zaman Monarki ini dimulai dari zaman Yamato, Asuka Hakuho dan berakhir pada zaman Heian. Dalam waktu 900 tahun itu, banyak terjadi peristiwa yang menjadi pembentukan dasar Negara Jepang, baik dari sisi politik, ekonomi, social maupun budaya. >> Zaman Klasik Bidang politik Kekuasaan politik tertinggi zaman monarki berkiblat pada istana (istana sentris). Pada zaman monarki sudah ada pembagian-pembagian kerja. Roda pemerintahan dijalankan oleh para kepala klan yang membawahi bidang-bidang yang berbeda. Mereka juga pembantu kaisar, susunan pemerintahan cukup terorganisir berdasarkan system pembagian kerja klan. Meski pada pemerintahan pangeran Shotoku melakukan reformasi yaitu memusatkan semua kekuasaan politik pada satu titik (kaisar). Hingga pada zaman monarki akhir, kekuasaan politik tertinggi Negara dipegang oleh golongan bangsawan. Bidang Ekonomi Dimasa ini disusun mekanisme pemerintah terpusat. Pada zaman monarki, dilakukan pembaharuan taika dibidang ekonomi dan social, yang bisa dilihat dari kebijakan pemilik tanah, pajak dan sensus penduduk. Selain itu, diresmikan kitab Undang-Undang (Ritsuryou). Terkait dengan kepemilikan tanah, pada awalnya tanah dimiliki oleh Tennou dan para klan. Namun, pada perkembangannya tanah-tanah yang dimiliki oleh para kepala klan disita dan dianggap menjadi milik Negara, yang kemudian dibagi kembali pada rakyat (Kouchi Koumin). Hubungan denganCina memberikan dampak pada system ekonomi Jepang masa monarki, yaitu dengan peniruan terhadap system politik dan ekonomi Dinasti Tang di Cina. Hal ini mendorong munculnya system ekonomi uang purba (sudah ada pemakaian uang logam) walaupun masih dalam jumlah dan area yang terbatas. Bidang Sosial Dibidang social, struktur politik mencerminkan struktur kelas dalam masyarakat (tennou merupakan kelas tertinggi). Hingga golongan dari keluarga istana memiliki posisi yang tinggi dibandingkan dengan golongan-golongan yang lain (petani, pedagang, dan lainnya). Budaya Bidang budaya, zaman monarki menunjukkan adanya perkembangan budaya yang menjadi fondasi dasar bagi kebudayaan Jepang selanjutnya kebudayaan monarki yang paling awal dapat telihat dari adanya peninggalan sejarah kuburan besar (kofun). Budaya Jepang banyak pengaruh dari Cina, karena Jepang sudah menjalin hubungan baik dengan Cina dan Korea. Hal itu ditunjukkan oleh ajaran konfusianisme, system tata kota, dan termasuk agama Budha. Para pendatang dari Cina dan korea (Toraijin) juga mengajarkan cara bertani yang lebih maju. >> Zaman Feodal Zaman ini dimulai sejak pemerintahan kamakura bakufu, Muromachi Bakufu, zaman Azuchi momoyama, dan terakhir zaman Edo Bakufu. Bidang politik Kelahiran feodalisme Jepang bersamaan dengan kelahiran kelas militer. Kekacauan bidang politik dan tindak kejahatan meningkat. Yang mendorong lahirnya kelompok militer dan memicu kemerosotan system politik perwalian. Dua kelompok militer paling kuat adalah keluarga Minamoto dan keluarga Taira. Dan berlanjut pada berkembangnya sisteminsei dimana pemerintahan berpusat pada kuil, hingga kuil memiliki fungsi ganda, yakni sebagai lambaga politik disamping sebagai lembaga keagamaan. Untuk mempertahankan kekayaan dan politik kuil dibentuk tentara pendeta (Shohei). Perkembangannya, pusat kekuasaan politik berpindah dari istana ke markas besar militer (yang pertama adalah di kamakura). Para keturunan kaisar dan bangsawan diisolasi dari dunia politik di Kyoto, dan kekuasaan politik dikuasai oleh Shogun (jendral berkuasa penuh) dan daimyou. Isolasi kelompok istana dari dunia politik cukup ketat, terlihat dari banyaknya peraturan-peraturan yang diciptakan untuk membatasi gerak politik kelompok istana. Bidang Ekonomi Karakteristik yang paling khas dari zaman feodal adalah adanya sejumlah peraturan mengenai kepemilikan tanah dan pengolahannya, yang lebih spesifik dan ketat dibandingkan zaman monarki. Misalnya, lahirnya system ryougoku yaitu system pemilikan tanah yang berpusat pada daimyou (pembesar tuan tanah). Sector lain seperti pertukaran industry rumah tangga, bidang pertambangan, pertanian, alat-alat pertukangan, dan bidang perdagangan berkembang lebih pesat. Perkembangan ini mendorong pertumbuhan kota disekitar kuil atau puri. System mata uang yang sudah ada sejak zaman monarki, pada zaman feodal lebih dimantapkan. System ini ditiru dari dinasti sui di Cina dimana penggunaannya mencakup seluruh negeri (termasuk daerah pelosok). Bidang Sosila Dizaman ini, struktur pelapisan social masyarakat/kelas tetap ada. Berbeda dengan zaman monarki, golongan tertinggi adalah kelas bushi/militer. Kelas lain dibawahnya adalah noumin/petani, kousakuin/tukang, dan shouin/pedagang, serta kelas eta dan hinin (budak). System kelasnya bersifat ketat, dimana masyarakat tidak diperbolehkan menukar status, dilarang melakukan perkawinan campuran dan peraturan ini berlaku secara turun temurun. Hal ini menyebabkan terciptanya diskriminasi social yang sangat tinggi. Bidang Budaya Dizaman feudal ini, terdapat perkmebangan yang sangat menakjubkan dimana banyak tercipta kebudayaan khas Jepang yang masih bertahan hingga kini. Budaya ini berkembang, tidak hanya mendapat pengaruh budaya militer, tapi juga pengaruh budaya istana dan bangsawan. Seperti perkembangan nilai Bushido (moral militer) seperti sifat kesederhanaan, sifat ekonomis, kesetiaan dan kesatria. (Dari berbagai sumber)