RAPID POPULATION GROWTH INDONEISA
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Pembangunan
Nama :
Dian
Lestari Siregar
NPM :
120120110501
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam
kurun waktu empat dasawarsa, jumlah penduduk dunia meningkat lebih dari dua
kali lipat, jika kecepatan pertumbuhan tidak berubah maka akan mampu mencapai
hingga 6.3 milyar jiwa. pertumbuhan penduduk dunia semenjak tahun 1950, di
Negara berkembang lebih cepat. Yang mampu menunjukkan proyeksi tahun 2100
mendatang, dimana jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai sekitar 11 milyar
jiwa. Jumlah manusia yang menghuni bumi sekitar 300 tahun lampau tumbuh dengan
kecepatan sedikit lebih tinggi dari 0 persen per tahun, atau sekitar 20jiwa
tambahan untuk setiap satu juta manusia. Tapi tingkat pertumbuhan itu tidak
berjalan lurus, dari waktu ke waktu selalu terjadi peningkatan dan penurunan
laju pertumbuhan penduduk sebagai akibat dari adanya berbagai macam bencana
alam dan variasi tingkat pertumbuhan antara satu wilayah dibandingkan dengan
wilayah lainnya.
Belakangan, laju pertumbuhan dunia sedikit mereda,
namun tetap berada pada tingkat yang relative tinggi, penyebab utama penurunan
kependudukan secara mendadak teratasinya hampir semua masalah yang menimbulkan
gejolak yang beresiko hilangnya nyawa serta lonjakan kekurangan gizi, dan
perang berskala besar. Sejak abad dua puluh masalah teratasi dengan kemajuan
teknologi dan perkembangan ekonomi. Konsekuensinya,
tingkat kematian menurun dengan cepat. Maka jelas, bahwa penurunan angka
mortalitas atau tingkat kematian manusia disebabkan oleh kemajuan teknologi
dalam bidang kedokteran dan farmasi atau obat-obatan. Hingga lima puluh tahun
terakhir, merupakan penyebab pokok melonjaknya laju pertambahan penduduk
sedunia secara mendadak khususnya dinegara dunia ketiga.
Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat saat ini
disebabkan oleh transisi cepat yang melanda kecenderungan penduduk dunia. Yakni
dari semula dicirikan oleh angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi,
kecenderungan baru yang ditandai oleh tingkat kematian rendah dan tingkat
kelahiran yang tidak cukup rendah. Angka kelahiran dinegara maju memang tidak
terbilang rendah, tapi di negara berkembang sangat tinggi.
Dewasa ini, penduduk dunia terdiri dari manusia
berusia muda, khususnya didunia ke-tiga. Yang berarti angkatan kerja di negara
berkembang harus menanggung beban hidup anak-anak mereka dua kali lipat lebih
besar dibandingkan dengan angkatan kerja dinegara kaya. Secara umum dapat
dikatakan bahwa semakin cepat laju pertambahan penduduk, akan semakin besar
pula proporsi penduduk berusia muda yang belum produktif dalam total populasi,
dan semakin berat pula beban tanggungan penduduki yang produktif.
Pertumbuhan populasi di Indonesia tercatat menjadi
salah satu penyumbang penduduk terbesar di dunia. Indonesia selain kaya dengan
budaya juga kaya dengan pertumbuhan penduduk yang padat. Hal tersebut mendorong
keterlambatan pertumbuhan dan pembangunan di sisi ekonomi Negara. Kelebihan
jumlah penduduk tersebut memacu berbagai konflik inheren yang menekan
pembangunan, politik, social dan ekonomi. Berbagai pengendalian pertumbuhan
penduduk telah diterapkan di Indonesia, namun kelahiran tetap tidak mampu
menyeimbangi tingkat kematian penduduk Indonesia.
Identifikasi
Masalah
Percepatan
pertumbuhan penduduk Indonesia menimbulkan permasalahan pada bidang pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi Indonesia, hal ini memacu pada pertanyaan
-
Seperti apa
pengaruh percepatan pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia?
Tujuan
Penelitian
Tujuan dalam
penelitian ini adalah :
-
Untuk mengetahui
seperti apa pengaruh percepatan pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kajian
Teoritis
Teori
Populasi Malthus
Thomas
Malthus merumuskan sebuah konsep tentang pertambahan hasil yang semakin
berkurang (diminishing return). Malthus melukiskan kecenderungan universal
bahwasanya jumlah populasi disuatu Negara akan meningkat sangat cepat pada
deret ukur atau tingkatan geometric (pelipat gandaan : 1, 2, 4, 8, 16, 32, dan
seterusnya) tiap 30 atau 40 tahun kecuali jika hal itu diredam oleh bencana
kelaparan. Diwaktu yang bersamaan, karena ada proses pertambahan hasil yang
semakin berkurang dari suatu factor produksi yang jumlahnya tetap maka
persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau tingkat
aritmetrik (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya). Dan karena lahan yang dimiliki
masyarakat makin sempit, kontribusi marjinal terhadap total produksi pangan
akan semakin menurun. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat terpacu
dan mengimbangi kecepatan pertambahan penduduk, maka pendpaatan perkapita
cenderung akan mengalami penurunan. Hingga populasi harus bertahan pada kondisi
sedikit di atas tingkat subsisten, itu pun hanya sampai jumlah tertentu. Lebih
dari itu maka ada sebagian penduduk yang tidak mendapat bahan pangan sama
sekali. Malthus menyatakan satu-satunya cara mengatasi rendahnya taraf hidup
kemiskinan absolute itu adalah “penanaman kesadaran modal” dikalangan penduduk
dan kesediaan untuk membatasi jumlah kelahiran.
Malthus mencoba menjelaskan hubungan antara tingkat
pertumbuhan pendapatan agregat (pada saat laju pertumbuhan penduduk sama dengan
nol) dan tingkat pendapatan perkapita. Selanjutnya dapat dibandingkan keduanya
(tingkat pendapatan agregat dan jumlah penduduk). Jika pendapatan agregat suatu
Negara meningkat lebih cepat, maka secara definitive pendapatan perkapita juga
meningkat. Jika pertumbuhan penduduk melampaui peningkatan total pendapatan,
maka dengan sendirinya tingkat pendpaatan perkapita akan menurun.
Aliran neo-malthus berpendapat, bangsa yang miskin
tidak akan pernah berhasil mencapai taraf hidup yang lebih tinggi dari tingkat
subsisten, kecuali mereka mengadakan pemeriksaan pengendalian preventif
terhadap pertumbuhan populasi mereka, atau dengan menerapkan pengendalian
kelahiran. Jika tidak dilaksanakan secepatnya, maka pemeriksaan positif ala
Malthus lah, yakni musibah kelaparan, wabah penyakit, perang, bencana alam yang
akan tampil sebagai factor utama penghambat pertumbuhan penduduk.
Teori
Mikroekonomi Fertilitas Rumah Tangga
Teori perilaku konsumen konfensional mengasumsikan
bahwa seorang individu, berdasarkan selera tertentu atas serangkaian barang. Akan
selalu memaksimumkan kepuasannya dari konsumsi,barang-barang, atau jasa yang
ditawarkan. Tentunya sesuai dengan keterbatasan pendapatannya sendiri maupan
harga relative dari tiap barang dan jasa tersebut. Jika teori ini di
aplikasikan ke analisis fertilitas, anak dianggap sebagai suatu jenis barang
konsumsi (di Negara berkembang anak dianggap sebagai barang investasi, sebagai tambahan
tenaga untuk menggarap lahan, atau sandaran hidup hidup dimasa tua). Maka
penentuan tingkat fertilitas keluarga “tingkat permintaan akan anak-anak”
merupakan bentuk pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen (keluarga). Efek
pendapatan dari pilihan juga diasumsikan berlaku. Artinya, jika factor lain
dianggap konstan, maka jumlah anak yang diinginkan akan dipengaruhi oleh
pendapatan keluarga yang bersangkutan. Sebaliknya, jumlah anak yang diinginkan
akan berhubungan secara negative dengan harga relative anak serta kuatnya keinginan untuk memiliki
barang-barang lain. Secara atematis :
Cd
= f(Y, Pc, Px, TX), X = 1, 2,…, n.
Pertumbuhan
populasi
Untuk menunjukkan pertumbuhan ekonomi, model Solow
harus diperluas agar mencakup dua sumber pertumbuhan lain yaitu pertumbuhan
populasi dan kemajuan teknologi. Kita akan melihat bagaimana pertumbuhan dalam
populasi menyebabkan modal perpekerja turun. Kita gunakan huruf kecil untuk
jumlah perpekerja, jadi k = K/L adalah
modal perpekerja, dan y = Y/L adalah output perpekerja. Karena jumlah
pekerja terus tumbuh sepanjang waktu maka perubahan persediaan modal perpekerja
adalah: ∆k = i
– (δ + n)k
Persamaan itu menunjukkan bagaimana investasi,
penyusutan, dan pertumbuhan populasi yang baru mempengaruhi persediaan modal
perpekerja. Investasi baru meningkatkan k, sedangkan penyusutan dan pertumbuhan
populasi mengurangi k. Simbol (δ + n)k menunjukkan investasi pulang-pokok
(break-even investment), yaitu jumlah investasi yang dibutuhkan untuk menjaga
persediaan modal perpekerja tetap konstan. Investasi pulang-pokok mencakup
penyusutan modal yang ada, yang sama dengan δk. Termasuk juga mencakup jumlah
investasi yang dibutuhkan untuk
menyediakan modal bagi para pekerja baru. Jumlah investasi yang dibutuhkan
untuk tujuan ini adalah nk, karena ada
pekerja baru n untuk tiap pekerja yang sudah ada, dan karena k adalah jumlah
modal untuk setiap pekerja.
Persamaan tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhan
populasi mengurangi akumulasi modal perpekerja lebih banyak dibandingkan yang
dilakukan penyusutan. Penyusutan mengurangi
k dengan menghabiskan persediaan modal, sedangkan pertumbuhan populasi
mengurangi k dengan 23 menyebarkan
persediaan modal dalam jumlah yang lebih kecil di antara populasi pekerja yang
lebih besar.Hubungan antara pertumbuhan
populasi dengan persediaan modal perpekerja dapat dilihat
pada gambar 2.2. Digambarkan, jika n
adalah tingkat pertumbuhan populasi dan
δ adalah tingkat penyusutan, maka (δ +
n)k adalah investasi pulang pokok yaitu jumlah investasi yang dibutuhkan
untuk mempertahankan persediaan modal perpekerja k tetap konstan. Agar perekonomian berada
kondisi mapan, investsi sf(k) harus menghilangkan
pengaruh penyusutan dan pertumbuhan populasi (δ + n)k.
Pertumbuhan penduduk terutama yang berkaitan dengan
kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor
positif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun kebenaran hal tersebut
akan sangat tergantung pada kemampuan sistem ekonomi tersebut dalam menyerap
dan mempekerjakan tambahan angkatan kerja secara produktif. Kemampuan tersebut
juga tergantung pada tingkat dan jenis akumulasi modal serta tersedianya
faktorfaktor lain yang mendukung, misalnya keahlian manajerial dan administratif.Payaman
(1998) menyatakan, tenaga kerja diartikan sebagai penduduk yang berusia 10
tahun atau lebih yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan,
dan yang melakukan kegiatan lain.
Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) membedakan tenaga kerja menjadi
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah bagian dari tanaga kerja yang sesungguhnya
terlibat dalam proses produksi. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang
bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja
adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun tidak mencari
pekerjaan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah
angkatan kerja seperti yang didefinisikan oleh BPS tersebut.Setiati (1996)
menggunakan istilah “penduduk optimal” untuk menentukan daerah yang masih mampu
dan yang sudah tidak mampu mengakomodasi pertumbuhan penduduk. Jumlah “penduduk
optimal” tersebut ditentukan oleh potensi ekonomi yang tersedia, dan besarnya
bervariasi meskipun luas daerah hampir sama. 25 Suatu daerah dengan potensi
ekonomi yang tinggi akan mampu mengakomodasi jumlah penduduk yang lebih besar
dan penambahan penduduk akan meningkatkan pertumbuhan PRDB per kapita. Bank Dunia tahun 1984 memberikan
suatu batasan yang lebih spesifik di mana tingkat pertumbuhan penduduk yang
masih bisa diakomodasikan, dalam arti standar hidup masih bisa meningkat,
adalah 2% (Setiati, 1996).
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
Objek
Penelitian
Analisis
penelitian dilakukan pada pertumbuhan perekonomian Indonesia dengan rentang
waktu 2000-2011. Data yang digunakan adalah data makroekonomi Indonesia dari
Badan Pusat Statistik (BPS), dan sumber lain yang dapat memebantu.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah alat analisis statistic berdasarkan data time
series, dengan menggunakan software
Eviews
6 baik dalam pengolahan datanya.
Model
Penelitian
Dengan menganalisis melalaui alat statistic,
penelitian ini dapat di bentuk dan dianalisis pada model berikut :
,
dimana :
W = GDP
=Intercept
=Koefisien
regresi variable independent
X1
= Pertumbuhan penduduk
X2
= Pendapatan perkapita
ε
= error terms
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
Tabel berikut
menampilkan data-data makroekonomi Indonesia yang diperlukan untuk kebutuhan
analisis.
Dependent Variable: GDP
|
||||
Method: Least Squares
|
||||
Date: 10/04/12
Time: 22:39
|
||||
Sample (adjusted): 2000 2010
|
||||
Included observations: 11 after adjustments
|
||||
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
-2395250.
|
1351361.
|
-1.772472
|
0.1143
|
PERTUMBUHAN_PENDUDUK
|
0.018174
|
0.011383
|
1.596542
|
0.1490
|
PENDAPATAN_PERKAPITA
|
0.919967
|
0.175001
|
5.256933
|
0.0008
|
R-squared
|
0.987885
|
Mean dependent
var
|
8056484.
|
|
Adjusted R-squared
|
0.984856
|
S.D. dependent
var
|
1007819.
|
|
S.E. of regression
|
124022.1
|
Akaike info
criterion
|
26.52131
|
|
Sum squared resid
|
1.23E+11
|
Schwarz
criterion
|
26.62983
|
|
Log likelihood
|
-142.8672
|
Hannan-Quinn
criter.
|
26.45290
|
|
F-statistic
|
326.1691
|
Durbin-Watson
stat
|
1.476118
|
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|||
Estimation Command:
=========================
LS
GDP C PERTUMBUHAN_PENDUDUK PENDAPATAN_PERKAPITA
Estimation
Equation:
=========================
GDP
= C(1) + C(2)*PERTUMBUHAN_PENDUDUK + C(3)*PENDAPATAN_PERKAPITA
Substituted
Coefficients:
=========================
GDP = -2395249.78388 +
0.0181741875458*PERTUMBUHAN_PENDUDUK + 0.91996712626*PENDAPATAN_PERKAPITA
Dari hasil regres di peroleh hasil yang mampu
menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia, dimana di peroleh nilai Prob > F
sebesar 0,000. Nilai adj R2 sebesar 0,98 menunjukkan keragaman GDP
dapat dijelaskan oleh pertumbuhan penduduk dan pendpaatan perkapita sebesar 98
persen. Untuk interpretasi perkiraan pada model adalah peningkatan satu persen
peningkatan pertumbuhan penduduk akan meningkatkan GDP sebesar 0,18 persen.
Peningkatan satu persen jumlah pendapatan perkapita, akan mengakibatkan
peningkatan sebesar 0,91 persen dalam GDP. Untuk besaran konstanta diabaikan,
karena tandanya negative. Karena untuk kondisi Indonesia, GDP akan meningkat
atau bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga konstanta
yang bernilai negative bias diabaikan.
Pembahasan
Dapat
diidentifikas, bahwa pertumbuhan penduduk itu tidak selamanya membewa pengaruh
buruk bagi pertumbuhan ekonomi, karena pertambahan penduduk bukanlah inti dari
persoalan atau masalah suatu Negara yang sebenarnya, namun factor-faktor lain,
pertumbuhan penduduk hanyalah rekaan yang diciptakan oleh badan atau lembaga
Negara kaya dengan tujuan menjadikan Negara berkembang tetap terbelakang dan
tergantung pada Negara maju. Karena bagi Negara berkembang, pertumbuhan
penduduk dibutuhkan untuk beberapa sisi kebutuhan perkembangan Negara. Permasalahan
pokok yang dihadapi Negara berkembang adlah seperti keterbelakangan, penyusutan
sumber daya alam dan kerusakan lingkungan, penyebaran penduduk, rendahnya
posisi dan status kaum wanita.
Pertumbuhan
penduduk Indonesia
Dipandang
secara lebih dalam, pertumbuhan penduduk tidak selamanya membawa dampak
negative, namun mampu menjadi factor pemacu pembangunan ekonomi. Populasi besar
adalah pasar potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam
barang dan jasa yang mampu menggerakkan kegiatan ekonomi hingga menciptakan
skala ekonomi produksi yang dapat menguntungkan. Penurunan biaya produksi,
menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah yang
memadai hingga akan merangsang tingkat output atau produksi agregat yang lebih
tinggi.
Namun, jika pertumbuhan penduduk tidak terkontrol pada
arah yang baik sesuai tujuan pertumbuhan Negara, mampu memberi dampak negative,
seperti permasalahan di Indonesia saat ini :
1.
Kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan
2.
Pendidikan
3.
Kesehatan
4.
Ketersediaan
bahan pangan
5.
Lingkungan hidup
6.
Migrasi
internasional
7.
Pertumbuhan
ekonomi
Maka, untuk menghindari menjamurnya efek negative dari
percepatan pertumbuhan penduduk tersebut, pemerintah membutuhkan penetapan
kebijakan-kebijakan baik dalam jangka pendek atau jangka panjang yang mampu
menekan atau mengontrol percepatan pertumbuhan penduduk tersebut sesuai dengan
kebutuhan, yakni :
1.
Pemerintah dapat
mempengaruhi masyarakat agar memilih pola keluarga kecil melalui penyuluhan
lewat media massa dan proses pendidikan, baik itu bersifat formal maupun
informal.
2.
Membuat
kebijakan program-program keluarga berencana dengan menyediakan dukungan pelayanan
kesehatan dan alat kontrasepsi untuk mendorong pola prilaku masyarakat yang
diinginkan.
3.
Pemerintah dapat
memanipulasi insentif maupun disentif ekonomi guna mengurangi jumlah anak
perkeluarga. Seprti pengurangan waktu cuti hamil dan jumlah tunjangan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Pertumbuhan
penduduk akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sesuai dengan
pendapat Malthus. Namun permasalahan yang dihadapi Indonesia seutuhnya bukan pada
percepatan pertumbuhan penduduk, namun ada factor lain yang menjadi pusat
permasalahn Indonesia yang dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan penduduk hanyalah isu yang disengaja oleh Negara maju untuk
mempengaruhi Negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk memang positif mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia, namun tidak secara penuh menjadi sumber permasalahan inti
dari perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut.
Saran
Percepatan
penduduk Indonesia memang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun tidak
keseluruhan menajdi sumber penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah
dapat mengontrol percepatan pertumbuhan penduduk melalui berbagai kebijakan
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, yang kaan menekan laju
pertumbuhan penduduk kearah yang lebih dibutuhkan untuk menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang lebih fleksible dan stagnan, jadi pertumbuhan ekonomi
Indonesia tidak mengalami pasang surut, yang terkadang naik-kadang turun.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
P. Todaro
Michhael. 1999. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga edisi ke enam. Erlangga.
2.
Sapto, Tjahjanto. 2006 Pengaruh
Pertumbuhan Investasi Publik, Pertumbuhan Investasi Swasta, Dan Pertumbuhan
Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang.
3.
Soedoenoesukirno.
1999. Ekonomi Pembangunan. Erlangga
4.
Romer,
David. 1996. Advanced Macroeconomics.The
McGraw-Hill Companies, Inc.New York
6. http : // Google.com