Selamat datang di dunia saiaa

Silahkan lirik,,^0^"
lalu mulailaah berbagie dengan saya..

Tersndiri

Tersndiri

Kamis, 17 Maret 2011

ANALISIS MATA PENCARIAN SAMPINGAN BAGI MASYARAKAT NELAYAN DI KOTA BENGKULU


ANALISIS MATA PENCARIAN SAMPINGAN BAGI MASYARAKAT NELAYAN DI KOTA BENGKULU
[Oleh: Dian Lestari Siregar,C1A007029. Fakultas Ekonomi (EP)-Univ.Bengkulu]

1.1 Latar Belakang
Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan potensi sumberdaya, terutama perikanan laut yang cukup besar, baik dari segi kuantitas maupun diversitasnya. Selain itu Indonesia tetap berhak untuk berpartisipasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam di laut lepas di luar batas 200 mil laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), serta pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam dasar laut perairan internasional di luar batas landas kontinen.
Dalam pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam di laut lepas ini, nelayan adalah sosok paling sering kita temui dalam masalah pemanfaatan sumber kekayaan alam laut Indonesia ini. Jika mengingat kembali, nelayan dulu adalah sosok terpandang, memiliki identitas sebagai mereka yang tangguh, dan dihormati karena keberhasilannya, namun untuk konteks saat ini, nelayan identik dengan sekelompok masyarakat miskin, tinggal di wilayah kumuh pinggiran pantai, yang sulit untuk bisa naik kelas menjadi masyarakat sejahtera.
Diantara kategori pekerjaan terkait dengan kemiskinan, nelayan sering disebut sebagai masyarakat termiskin dari kelompok masyarakat lainnya (the poorest of the poor). Berdasarkan data World Bank mengenai kemiskinan, bahwa 108,78 juta orang atau 49 persen dari total penduduk Indonesia dalam kondisi miskin dan rentan menjadi miskin. Badan Pusat Statistik (BPS), dengan perhitungan berbeda dari Bank dunia, mengumumkan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Sebagian besar (63,47 persen) penduduk miskin di Indonesia berada di daerah pesisir dan pedesaan (BPS, 2008).
Terdapat beberapa aspek yang menyebabkan terpeliharanya kemiskinan nelayan atau masyarakat pinggiran pantai, diantaranya; Kebijakan pemerintah yang tidak memihak masyarakat miskin, banyak kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan bersifat top down dan selalu menjadikan masyarakat sebagai objek, bukan subjek. Kondisi bergantung pada musim sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan nelayan, terkadang beberapa pekan nelayan tidak melaut dikarenakan musim yang tidak menentu. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan peralatan yang digunakan nelayan berpengaruh pada cara dalam menangkap ikan, keterbatasan dalam pemahaman akan teknologi, menjadikan kualitas dan kuantitas tangkapan tidak mengalami perbaikan.
Propinsi Bengkulu yang berada di daerah barat pegunungan bukit barisan dengan luas kurang lebih 1.978.870 ha atau 19.788,7 km2. Ditinjau dari keadaan geografisnya, propinsi Bengkulu terletak diantara 101 20’BT-103 45’BT, 2 25’ LS-5 00’ LS. Propinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 433 kilometer yang membentang kearah laut lepas (ZEE) diperkirakan memiliki luas potensi 194.596,5 km untuk perikanan tangkap dan budidaya. Kekayaan sumber daya alam kelautan propinsi Bengkulu hingga saat ini belum dikembangkan pemerintah secara serius, dan investor pun belum melirik sebagai sumber pemasukan. Imbasnya, kehidupan masyarakat nelayan di wilayah pantai barat sumatera ini tetap saja miskin. Menurut BPS tahun 2008, penduduk miskin di propinsi Bengkulu mencapai 360.000 orang (23%) dengan garis kemiskinan (Rp/kap/bulan) sebesar 160.641 diantaranya adalah masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. Masyarakat nelayan terbesar di seluru propinsi Bengkulu diantaranya Kota Bengkulu dengan jumlah penduduk miskin mencapai 24.200 orang (9,28%) dengan garis kemiskinan (Rp/kap/bulan) sebesar 185.651. sebagai nelayan yang menggunakan peralatan sederhana dan modal yg kurang, maka mereka masih digolongkan kedalam masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah
Masalah nelayan yang di alami di atas, secara umum di alami juga oleh nelayan-nelayan di Kota Bengkulu.Khususnya di sekitar daerah pantai Pasar Bengkulu. Nelayan yang jauh dari titik kesejahteraan. Hal itu di karenakan oleh banyak faktor dan sama halnya dengan masalah yang di alami nelayan-nelayan secara keseluruhan. Seperti minimnya pendidikan nelayan, program pemerintah yang sedikit sekali untuk mendukung nelayan, kondisi alat tangkap yang belum memadai, pemasaran hasil tangkapan yang tidak mendukung, pola kehidupan nelayan yang rendah, keadaan alam yang sering kali tidak mendukung. Jika di simpulkan, Secara umum kemiskinan masyarakat pesisir disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, layaknya kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan infrastruktur. Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi tawar masyarakat nelayan miskin semakin lemah.
Masalah-masalah yang menghantui nelayan Bengkulu di atas menjadikan efek yang sangat berdampak keras terhadap kehidupan nelayan. Keluarga tetap miskin, sandang dan pangan seadanya, pendidikan anak-anak nelayan rendah. Untuk itu, dari penelitian ini, sebagian nelayan di pesisir pantai Kota Bengkulu memutuskan untuk mencari mata pencarian sampingan yang dapat menutupi perekonomian masyarakat nelayan selama tidak melaut. Seperti menjadi buruh tukang dan pencari Batu Bara.
Di wilayah pantai kota bengkulu, fenomena nelayan mencari mata pencarian sampingan seperti menjadi buruh tukang cukup menutupi kondisi perekonomian nelayan yang buruk selama tidak melaut. Dengan menjadi buruh bangunan, dapat memperoleh upah sebesar Rp. 50.000 per harinya. Dengan upah itu masyarakat nelayan bisa menutupi kekurangan dana untuk sementara. Walaupun jika dibandingkan dengan melaut, apabila hasil tangkapannya banyak, nelayan dapat menghasilkan Rp. 500.000 perorang dalam satu kali melaut.
Menjadi pengumpul batu bara banyak dilakukan oleh masyarakat nelayan selama tidak melaut. Karena batu bara memang banyak ditemukan di tepi pantai. Dalam mengumpulkan batu bara tidak membutuhkan modal yang banyak seperti melaut yang membutuhkan modal. Harga jual batu bara di pasaran juga lumayan, Resiko yang dihadapi pun kecil, dan waktu kerjapun bisa di atur sendiri. Asal batu bara yang di pungut oleh masyarakat nelayan berasal dari adanya tambang batu bara yang jebol dan batu bara tersebut terbawa oleh aliran sungai hingga ke tepi pantai. Pengambilan batu bara ini telah diijinkan oleh pemerintah setempat dan telah dikeluarkan surat edaran untuk masyarakat mengambil baru bara tersebut.
Pada kenyataannya, hanya sebagian masyarakat nelayan yang mengupayakan pekerjaan sampingan selama tidak melaut. Pada saat badai, sebagian nelayan hanya memilih untuk memperbaiki jaring dan perahunya. Lalu kembali lagi untuk melaut. Sebagian nelayan lagi, mengupayakan pekerjaan sampingan, tapi pada saat badai telah berlalu nelayan itu beraktifitas melaut seperti biasa.
Dari kehidupan masyarakat nelayan di atas, maka pemikiran pemerintah harusnya mulai terbuka. Pemerintah membuka tangan untuk membantu segala aktifitas sementara atau yang telah benar-benar alih profesi yang dilakukan masyarakat nelayan. Bahkan memancing pemerintah untuk membantu nelayan-nelayan yang hanya sementara alih profesi atau hanya sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu dalam hal modal sampai pada peralatan yang mendukung.

1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah :
1. Mengapa nelayan mencari pekerjaan sampingan?
2. Bagaimana dampak adanya pekerjaan sampingan pada pendapatan ekonomi nelayan?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. menganalisis alasan nelayan mencari pekerjaan sampingan.
2. menganalisis dampak dengan adanya pekerjaan sampingan terhadap pendapatan ekonomi nelayan.

1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dengan topik yang sejenis
2. Sebagai gambaran mengenai dampak kesejahteraan akan adanya pekerjaan sampingan di kehidupan masyarakat nelayan bagi pembaca
3. Acuan pemerintah membuka pemikiran untuk membantu aktifitas nelayan baik dari segi modal dan peralatan yang mendukung.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak menyimpang dari apa yang dibahas maka untuk analisanya mencakup analisa ekonomi. Daerah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Kelurahan Pasar Bengkulu Kota Bengkulu, data kajian yang akan dibahas adalah berkenaan dengan upaya nelayan mencari pekerjaan sampingan seperti buruh tukang bangunan dan pencari batu bara untuk meningkatkan pendapatan demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
1.6 Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian Deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan bersumber dari data primer.
Didalam penelitian ini, metode pengumpulan sample yang digunakan adalah snowball, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuisioner, wawancara.
Alat yang digunakan adalah Deskriptif yang disajikan dalam bentuk gambar, diagram, grafik, dan tabulasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar